RENUNGAN  LALU

" Mengapa Abraham bisa merebut hati ALLAH "

Pengkhotbah            : Ev. Iin Wenas
Pembacaan Alkitab : Kejadian 12 : 1 - 4
 

Abraham adalah seorang yang biasa, dia bukan seorang yang luar biasa, tetapi ALLAH tidak pernah malu menyebut diriNYA sebagai Allah Abraham.
Dia selalu berkata Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Mengapa Allah bisa begitu bangga sampai selalu mengulang-ulang seolah-olah Dia ingin selalu mengatakan dalam segala zaman dan keadaan bahwa pernah hidup orang yang bernama Abraham dan orang ini sungguh-sungguh membuat Allah bangga, bukan Abraham yang mengaku sendiri tapi Allah sendiri yang mengakuinya.
Mari kita lihat dalam hidup kita dan seringkali kita yang mengaku sendiri dan kita begitu mudah cengeng dalam menghadapi masalah, kita tenggelam dalam keadaan dan punya karakter yang belum diubahkan dan seringkali bukan Tuhan yang memproklamasikan diriNYA tetapi kita sendiri.
Mari kita belajar mengapa Abraham bisa merebut hati Tuhan kita.

Buka kitab Kejadian 12: 1 - 4, kita mendapat pelajaran disini bahwa,

1. Ketaatan seorang hamba

Abraham memiliki ketaatan seorang hamba, dan ini sangat diperlukan oleh   setiap anak-anak Tuhan yang mau diangkat tinggi, ketaatan seorang hamba adalah yang berkata: "ya" tanpa bertanya, tanpa memberi komentar.
Seringkali kalau Tuhan berkata persembahkanlah hartamu kepada Tuhan lalu kitapun masih bertanya dan selama kita tidak memiliki ketaatan seorang hamba maka kita tidak akan pernah mendapat kedudukan yang lebih tinggi.

Didalam sejarah Israel, lebih-lebih bagi seorang anak yang kaya raya dan dianggap mewarisi kekayaan dari ayahnya, dia lahir sebagai anak yang akan diasuh sampai pada waktu tertentu dan kemudian akan diambil lalu diberikan kepada beberapa hamba dan sejak itu semua haknya hilang seperti sebagaimana Paulus katakan dalam suratnya pada jemaat di Galatia bahwa selama seorang anak belum akil baliq maka dia sama seperti seorang hamba.
Sejak saat itu dia tidur dengan hambanya, makan makanan hamba, pekerjaannya sama seperti hamba bahkan dia belajar memanggil ayahnya "tuan", dia belajar respek dan hormat kepada orangtuanya.

Coba kita lihat Ishak yang akan dipersembahkan oleh Abraham, dia tidak pernah memberontak.
Inilah tradisi bangsa Yahudi dalam mendidik anaknya. Anak ini bukan hanya belajar taat tetapi untuk menguasai semua kekayaan ayahnya adalah pada saat dia sudah didapati memiliki karakter seorang hamba yang taat, setia dan bijaksana, maka pada saat itu hamba-hamba yang lain akan melapor kepada tuannya dan ayahnya akan datang membawa jubah dan cincin materai yang menunjukkan bahwa dia diangkat menjadi ahli waris dari segala kekayaan ayahnya. Saat itu statusnya sudah berubah bukan hanya menjadi anak tetapi sahabat dan kawan sekerja ayahnya.
Disini kita juga mendapat pelajaran kenapa saudara-saudara Yusuf marah besar
kepadanya. Yusuf sudah mendapat jubah yang maha indah dan ada banyak orang Kristen yang seperti itu.

Oleh sebab itu jangan salahkan Tuhan kalau kita belum dianggap dewasa atau
akil baliq karena belum memiliki karakter seorang hamba yang setia, taat dan bijaksana, maka kita tidak pernah menjadi ahli waris.
Kalau kita menjadi ahli waris, apa yang kita katakan itu akan terjadi, apa yang kita inginkan akan diberi karena kita adalah ahli waris karena kita berhak menikmati semua kekayaan Bapa kita.
Tapi kalau kita masih seorang hamba kita harus tahu diri, maka itu menjadi seorang hamba jangan selalu suka mengeluh terus menerus karena didalam kerajaan Allah kita belum dianggap telah melalui masa akil baliq sehingga Allah tidak bisa percayakan perkara-perkara yang besar.

Marilah kita bersama belajar dari Abraham, dia memiliki ketaatan seorang hamba, dia berkata "ya" tanpa komentar, tanpa banyak tanya.
Kalau kita bisa seperti itu apapun yang Tuhan katakan dan minta dalam hidup kita ini dan  kita juga akan berkata "ya", maka kita akan melihat Tuhan akan percayakan perkara-perkara besar.
Dan kalau kita sudah memiliki kerendahan hati seperti seorang hamba melayani orang lain dengan rendah hati, tahu artinya tunduk, tahu hormat, maka kita akan diangkat tetapi sebelum kita mengerti semuanya itu, hidup kita akan mengalami proses yang lama untuk
dibentuk, tapi kalau hidup kita berubah dan kita berkata bahwa sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba dan aku akan lakukan apa saja yang Tuhan suruhkan kepadaku, maka Allah akan meninggikan hidup kita.

2. Mendirikan mezbah (ayat 7).

Kemanapun Abraham pergi selalu ia mendirikan mezbah.
Pada zaman dahulukalau orang mendirikan mezbah bukan ditempat tertutup tetapi ditempat yang terbuka.
Kalau kita anak-anak Allah, maka kita harus,

a. Mengakui dalam segala keadaan.
    Iman kita tidak ditentukan oleh keadaan, mari kita tunjukkan siapa diri kita, garami dunia ini dengan menjadi saksi Kristus.

b. Melambangkan korban.
    Dalam hidup ini orang yang mau lebih lekat dengan Tuhan adalah orang-orang yang tahu berkorban, korban bukan berarti uang tapi korban ini berbicara tentang harga diri, sesuatu yang sangat kita cintai.
Mengorbankan hidupnya bukan berarti dia harus mati tetapi dia harus bertahan didalam Kristus, mati bagi Kristus itu memerlukan keberanian, pengorbanan, penyangkalan diri dan kemauan, tekad untuk hidup bagi Kristus. Allah minta supaya kita tahuapa artinya berkorban dari hal yang kecil dan setiap kali korban itu diberikan sakit didaging tetapi membawa loncatan didalam roh.

c. Keintiman/komunikasi.
    Ini berbicara tentang pribadi. Keintiman ini adlah sesuatu yang paling luar biasa dalam mengikut Tuhan. Urapan dan karunia tidak pernah memuaskan tetapi kalau berbicara keintiman dengan Tuhan itu membuat hati kita puas.
Keintiman itu bukan hanya berbicara berjam-jam dengan Tuhan dalam doa, tetapi keintiman itu sesungguhnya didapat untuk orang dewasa yang telah melalui akil baliq.

3. Mempunyai damai (Kej. 14 : 20)

Kalau didalam hidup kita ada damai siapapun akan
merasakan ada ketenangan dan orang akan suka untuk berada dekat dengan kita.
Banyak orangtua tidak membawa syalom dalam hidupnya sehingga anak-anak kita merasa tidak tentram didekat kita.
Kalau didalam kita ada syalom, maka hal itu akan membuat seluruh keluarga kita bersukacita serta mentaati seluruh perintah Tuhan. dan kehadiran kitapun membawa suatu keutuhan dalam rumah tangga kita.
Abraham bertemu dengan Raja Salam dan membawa damai sehingga dia memberi persepuluhan.
Kalau kita memberi belum tentu karena kasih tetapi kalau kita pasti kita punya kerinduan untuk memberi karena kasih itu selalu memberi bukan menuntut.
Kalau kita mengasihi Tuhan, marilah kita memberikan sesuatu untuk Tuhan.
Allah mencari orang-orang yang suka memberi yang lahir dari kasih.

4. Karena Abraham menangkap hati Tuhan (Kej. 18 : 16 - 33).

Tuhan tidak mengkehendaki satu orangpun binasa. Dia begitu mencintai seluruh dunia dan ingin seluruh dunia diselamatkan, jadi bila kita ini anak-anak Tuhan maka pasti dalam hati kita ada kerinduan untuk orang lain diselamatkan. Kalau Bapa kita di Sorga mempunyai hati yang selalu peduli kepada orang lain dan hatinya tergerak, karena ada sesuatu yang selalu menarik hatiNYA untuk berbuat sesuatu.
Apakah hati kita sudah beku dengan keadaan disekeliling kita atau hati kita penuh dengan belas kasihan ? Dan bila hati kita penuh dengan belas kasihan maka setidak-tidaknya lakukan syaffat buat mereka.

5. Takut akan Tuhan (kej. 22 : 12).

Takut akan Tuhan itu sesuatu yang penting dalam hidup kita. Alkitab berkata takut akan Tuhan itu adalah permulaan hikmat dan permulaan akan berkat dan permulaan akan pengenalan akan Tuhan.
Ini sangat penting, banyak orang takut kepada manusia tetapi tidak takut kepada Tuhan.
Kalau kita baca ayat ini, Abraham tidak menunda-nunda perintah Tuhan dan dia lakukan itu. Takut akan Tuhan membuat kita taat,
kita kenal dekat dengan Tuhan.

Amin.
 

Ayat hafalan:

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apa yang dituntut Tuhan padamu; selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu ?

Mikha 6 : 8